kerajaan pajang

Pada tahun 1546, Sultan Trenggana gugur dalam upayanya merebut Pasuruan
dan Panarukan. Setelah Sultan Trenggana meninggal, terjadi perebutan
kekuasaan di Demak, antara Sekar Seda Lepen (adik Trenggana) dengan
Prawoto (putra Trenggana). Dalam peristiwa ini, Sekar Seda Lepen mati
terbunuh. Kemudian puteranya yang bernama Arya Panangsang menuntut balas
dengan membunuh Pangeran Prawoto beserta seluruh keluarganya. Arya
Panangsang adalah seorang sultan yang sangat kejam. Oleh karena itu,
tidak seorang pun yang menyukainya. Kekacauan belum reda benar,
tiba-tiba Adipati Jepara yang sangat besar pengaruhnya ia bunuh. Ratu
Kalinyamat (isteri adipati) bangkit mengangkat senjata dan mengadakan
perlawanan terhadap Arya Panangsang. Dalam keadaan kacau itulah
Adiwijaya (Joko Tingkir), salah seorang menantu Sultan Trenggana,
berhasil membunuh Arya Panangsang. Adiwijaya pada saat itu sebagai
Adipati Pajang (daerah Boyolali). Setelah membunuh Arya Panangsang,
Adiwijaya memindahkan ibu kota ke Pajang dengan membawa serta seluruh
harta pusaka Kerajaan Majapahit. Dengan demikian, berakhirlah Kerajaan
Demak dan muncullah Kerajaan Pajang (1568).
Di antara para pengikut Adiwijaya, yang dianggap berjasa dalam
penumpasan Arya Panangsang adalah Kyai Gede Pamanahan. Oleh sultan ia
diberi hadiah tanah untuk pemukiman di Mataram (Yogyakarta sekarang).
Kyai Gede Pamanahan inilah yang nantinya sebagai perintis munculnya
kerajaan baru di Pulau Jawa, yaitu Kerajaan Mataram Islam. Selama
hidupnya ia sebenarnya bercita-cita untuk melepaskan diri dari Pajang.
Oleh karena itu, di Kota Gede tempat kediamannya, ia membangun tembok
yang kokoh sebagai benteng pertahanan. Hanya sayang ia sendiri tidak
sempat mengecap hasil usahanya sebab pada tahun 1575 ia meninggal.
Putranya yang bernama Sutawijaya melanjutkan cita-cita ayahnya dengan
lebih giat. Sutawijaya ini adalah seorang pemberani dan mahir dalam
perang. Dia lah yang kemudian menaklukkan Pajang dan memindahkan ibu
kota kerajaan ke Mataram.
No comments:
Post a Comment